Satu lagi cerita rakyat dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu Asal Usul Kali Gajah Wong. Seperti kita tahu, di Yogyakarta sampai saat ini masih berdiri kerajaan Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono. Di Yogyakarta, ada banyak sekali tempat wisata. Salah satunya adalah kali Gajah Wong. Di sini, kita akan membahas asal usul dari sungai legendaris yang ada di Yogyakarta ini. Jika kalian penasaran, langsung saja simak ceritanya di bawah ini!
Asal Usul Kali Gajah Wong
Pada zaman dahulu kala, saat Kerajaan Mataram berpusat di Kotagede, sebelah tenggara kota Jogja, Sultan Agung sebagai pemimpin Kerajaan Mataram memiliki ribuan prajurit, abdi dalem, pasukan gajah, dan juga pasukan berkuda.
Salah satu abdi dalem di Kerajaan Matara mini adalah seorang lelaki yang Bernama Ki Sapa Wira. Abdi dale mini ditugaskan merawat gajah Sultan, Bernama Kyai Dwipangga. Sehari-harinya, Kyai Dwipangga dimadikan di sebuah sungai yang berlokasi di dekat Keraton Mataram. Gajah tersebut asalnya dari negeri Siam atau Thailand. Ia sangat tunduk dan menurut, serta selalu diperlakukan lemah lembut oleh Ki Sapa Wira.
Pada suatu Ketika, Ki Sapa Wira tidak bisa menjalankan tugas untuk memandikan Kyai Dwipangga. Oleh karena itu, ia meminta KI Kerti Pejak yang merupakan adik iparnya untuk menggantikan memandikan Kyai Dwipangga. Menurut kisah, saat itu Ki Sapa Wira tidak bisa memandikan Kyai Dwipangga karena tangannya sedang sakit.
Ki Kerti pun penyanggupi permintaan kakak angkatnyaitu. Tak lupa, Ki Sapa Wira berpesan kalau Kyai Dwipangga tidak mau disuruh berendam, kaki belakangnya ditepuk dan buntutnya ditarik. Setelah mengerti, Ki Kerti & Kyai Dwipangga pun berangkat. Tak lupa, 2 buah kelapa kelapa dibawanya untuk makan si gajah.
Dari cerita rakyat ini, dikisahkan sebuah kelapa dilempar ke Kyai Dwipangga dan langsung ditangkap menggunakan belalainya. Sesudah dipecah di batu besar, langsung lah kelapa tersebut dimakannya. Setelah kelapa pertama habis, dilanjutkan untuk kelapa yang kedua.
Ketikan Kyai Dwipangga masih makan kelapa yang kedua, KI Kerti sudah menyuruhnya berendam. Lalu, ia memandikan gajah tersebut & menggosok badannya dengan daun kelapa. Setelah selesai, mereka Kembali ke keraton. Ki Sapa Wira Kembali menyuruh Ki Kerti untuk memandikannya lagi besok, tapi tidak boleh di sungai sebelah hilir.
Keesokan harinya, meski cuaca mendung, Ki Kerti tetap menjemput Kyai Dwipangga untuk dimandikan. Ternyata, sungai tempat biasa memandikan gajah itu surut airnya. Karena tidak memungkinkan memandikan di tempat biasanya, Ki Kerti membawa Kyai Dwipangga ke hilir dan memandikannya.
Tak selang berapa lama, banjir bandang datang dari hulu. Ki Kerti & Kyai Dwipangga pun tenggelam. Meski melambai-lambaikan tanganny, tak seorang pun melihatnya. Mereka berdua terbawa ke Laut Selatan & meninggal. Guna mengingat kejadian ini, Sultan Agung memberi nama sungai tersebut dengan sebutan Kali Gajah Wong, sebab sudah menghanyutkan Gajah & Orang (Wong). Sungai ini ada di sebelah timur kota Yogyakarta.
Pesan Moral Cerita Asal Usul Kali Gajah Wong
Setiap kisah pasti memiliki pesan moral. Begitu juga cerita rakyat ini mengandung pesan moral yang penting dan mendalam. Dari sini, kita belajar untuk tidak mengabaikan kata-kata orang lain, apalagi jika itu menyangkit amanat. Semua ini penting untuk kebaikan Bersama.